Monday, May 26, 2025

Mengenal Lebih Dekat Sosok Leila S. Chudori

 

                                               (Sumber: Leila S. Chudori)


Leila Salikha Chudori adalah salah satu penulis wanita yang memiliki gaya penulisan khas berdasarkan riset mendalam. Ia berhasil melahirkan karya populer dalam sebuah novel berjudul Laut Bercerita. Ingin tau lebih lanjut tentang Leila S. Chudori? Yuk, kepoin perjalanan hidup penulis populer ini!

Leila S. Chudori lahir di Jakarta pada 12 Desember 1962. Ia adalah putri dari seorang wartawan yang bekerja di Kantor Berita Antara dan The Jakarta Post. Mohammad Chudori, sebagai sosok ayah berhasil membentuk karakter dan pemikiran Leila terutama soal bagaimana mencintai tanah air yang tenang dan dalam. 

Bakat Leila dalam menulis tidak perlu diragukan lagi. Sejak kecil ia memiliki kebiasaan membaca koran dan membahas peristiwa dunia. Ia berhasil mengirimkan cerpen ke majalah majalah anak seperti Si Kuncung, Hai, dan Kawanku. Sejak saat itulah menulis menjadi bagian dari hidup Leila.

Setelah mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan di Lester B. Pearson College of the Pacific di Victoria, Kanada, pada tahun 1982, Leila melanjutkan studinya Universitas Trent dengan memilih jurusan Ilmu Politik dan Studi Pembangunan Komparatif. Sekembalinya di Indonesia, Leila bergabung dengan majalah Tempo sebagai wartawan sejak Juli 1989. Dari sana, namanya makin dikenal, bukan hanya sebagai jurnalis, tapi juga sebagai penulis cerita pendek, novel, hingga skenario film. Beberapa cerpennya seperti Seputih Hati Andra, Empat Pemuda Kecil, Sebatang Pohon Pisang (1974), Sebuah Kejutan (1981), dan Malam Terakhir menunjukkan betapa kuatnya daya imajinasi dan konsistensinya dalam dunia kepenulisan.

Selain menekuni karyanya dalam bentuk tulisan, Leila juga berperan aktif di dunia skenario dan teater. Salah satu karyanya yang dikenal adalah skenario drama televisi Dunia Tanpa Koma yang tayang pada 2006. Skenario ini menceritakan dunia pers; seluk beluk kehidupan para wartawan berita Majalah Target. Beberapa tahun kemudian, Leila kembali menyalurkan tulisan skenarionya dalam pementasan teater Drupadi (2009).

Saat ini, Leila semakin sering mengangkat isu-isu sosial, politik, dan sejarah dalam setiap karyanya. Berikut beberapa judul yang telah ia terbitkan sampai sekarang:

  • Kelopak-kelopak yang Berguguran (1984)

  • Malam Terakhir: Kumpulan Cerpen (1989, diterbitkan ulang oleh Penerbit KPG pada 2009)

  • Menagerie 2 (Editor) (1993)

  • Bahasa! Kumpulan Tulisan di Majalah Tempo (2008)

  • 9 dari Nadira (2009)

  • Pulang (2012)

  • Laut Bercerita (2017)

  • Namaku Alam: Jilid 1 (2023)

  • Mang Eak (2024)

Karya-karya Leila telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Novel Laut Bercerita diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John H. McGlynn dengan tajuk The Sea Speaks His Name. Kumpulan cerpen Malam Terakhir juga telah diterjemahkan ke bahasa Jerman dengan judul Die Letzte Nacht oleh Horlemann Verlag.

Monday, May 12, 2025

Praktik Wawancara

Tema : Tranformasi Santri dari Dunia Pesantren ke Ranah Sains

Narasumber : Audi Niswa Yusfia, mahasiswa faramasi Universitas Sebelas Maret


1.  Ceritakan sedikit tentang latar belakang masa kecilmu hingga akhirnya mondok? Apa yang paling membentuk dirimu selama di pondok?

Motivasi utama tersebut hadir dari orangtua sendiri. Saat berkunjung ke Pondok, sempat mendengar ayahnya berbicara menggunakan bahasa Arab. Dari hal tersebut, Audi tertarik untuk meneruskan pendidikan di pondok. Ia beranggapan bahwa anak pondok tidak hanya pandai dalam mengaji kitab tetapi juga punya sisi yang menarik dan juga keren. Selain itu, Mbah Audi juga mewasiatkan semua cucunya untuk mindok. Karena dengan modok, karakter dan akhlak dapat terbentuk dengan baik.  Kekuatan berhasil membentuk diri Audi selama di pondok, baik kekuatan mental, fisik, sampai ibadah. Contoh ketika kita telat dalam kegiatan, kita harus kuat untuk mendapatkan konsekuensinya. Dari situ kita tau bahwa manajemen waktu itu penting. Selain itu di pondok kita juga akan bertemu berbagai karakter, jika kita dapat mengambil hikmahnya maka kita dapat menghargai perbedaan tersebut.

 2. Banyak lulusan pondok biasanya melanjutkan ke jurusan keagamaan. Apa yang membuatmu justru memilih jurusan farmasi?

Sejak kecil, Audi dijarkan dan dididik dengan ilmu agama. Sedangkan ilmuwan seperti Ibnu Sina    memiliki ilmu agama yang kuat dan juga ilmu sains yang kuat. Dalam kitab ta’lim muta’alim    disebutkan لعلم علمان: علم الفقه للأديان وعلم الطب للأبدان (Ilmu itu ada dua, ilmu Fiqih untuk urusan Agama dan ilmu kedokteran untuk urusan kesehatan badan). Maka Audi memutuskan untuk memilih jurusan farmasi.

3. Apakah ada momen atau pengalaman tertentu—mungkin saat di pondok atau di rumah—yang menyalakan keinginanmu untuk mendalami dunia kesehatan?

Ketika melihat keluarga atau teman yang sakit, Audi ga tega melihatnya dan merasa iba. Sedangkan sebagian besar keluarganya adalah orang-orang dengan gelar pendidikan guru. Hal tersebut meyakinkan Audi untuk mendalami bidang kesehatan.

4. Bagaimana perasaanmu saat pertama kali masuk kuliah farmasi? Apa yang paling membuatmu kaget atau merasa ‘jauh dari dunia pesantren’?

Pertama adalah bangku perkuliahan khususnya farmasi yang tidak semudah saat masih di pondok membuat Audi merasa tidak mampu untuk menghadapinya. Mulai dari banyaknya praktikum, laporan praktikum yang ditulis tangan, materi pembelajaran yang sulit. Kedua karena mahasiswa di prodi tersebut cukup pandai dan sering mengikuti lomba-lomba sedari pendidikan sebelumnya tetapi di sisi lain Audi kaget karena mereka tidak terlalu memprioritaskan ibadah mereka. 

5. Pernah nggak terlintas rasa ragu atau bahkan ingin menyerah di tengah jalan? Kalau pernah, bagaimana kamu mengatasinya?

Saat semester dua merasa ingin menyerah dan tidak mau melanjutkan kuliah lagi. Hal tersebut dipicu dari berbagai kegagalan yang dijumpai, seperti nilai yang jelek.  Lalu Audi mencoba untuk membicarakan dengan orangtua. Orangtua Audi menasehati bahwasannya masa yang dilewati adalah masa adaptasi dan meminta Audi untuk mencoba sedikit bertahan. Audipun bertekad untuk membuktikan bahwasannya anak pondok juga bisa menjadi saintis yang handal apalagi saat ini farmasi mulai melejit sejak populernya skincare di Indonesia.

6. Ilmu atau nilai apa dari pesantren yang paling membantumu bertahan dan berkembang di dunia farmasi?

Kekuatan. Meskipun beban perkuliahan cukup banyak dan juga banyaknya cobaan, Audi masih bisa bertahan sampai saat ini. Kuncinya adalah kekuatan, segala bentuk kekuatan. Audi juga memiliki prisip bahwa di dunia ini kita hidup sendiri sehingga tidak bisa bergantung pada teman atau orang lain.

7. Bagaimana cara kamu menjaga identitas sebagai santri di tengah lingkungan sains dan akademik yang sangat berbeda?

Menjaga perbuatan, ucapan, dan pikiran serta hadirnya teman yang tidak berkata kotor dan kasar. Karena Audi menganggap ucapan tersebut bersita toxic dan Audi menghindarinya. Sealin itu Audi juga menjaga cara berpakaian agar tetap menutup aurat. Pernah suatu saat Audi menggunakan celana saat kuliah selama beberapa hari. Namun, Audi merasa tidak menjadi diri sendiri dan kurang baik dilihat jika perempuan menggunakan celana, maka Audi memutuskan untuk kembali menggunakan rok atau gamis saat kuliah. Audi juga selalu menjaga sholat di tengah kondisi apapun.

8. Dalam pandanganmu, adakah titik temu antara ilmu agama dan ilmu farmasi yang selama ini kamu pelajari?

Seratus persen ada. Farmasi adalah obat dan racun. Senyawa itu bisa jadi racun jika tidak tepat dalam penggunaannya. Allah mengajarkan kita untuk hidup sehat. Jika ingin sehat maka jangan sampai kita minum obat. Setiap anggota badan memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Maka dari itu kita harus menjaga anugrah yang telah Allah berikan dengan makan yang sehat, istirahat yang cukup, dan minum air putih yang cukup. Kita menggunakan skincare juga termasuk salah satu cara untuk merawat anugerah tersebut. 

9. Apa cita-cita besarmu? Apakah kamu punya impian untuk menggabungkan dua dunia yang kamu jalani—agama dan farmasi?

Menjadi orang bermanfaat adalah cita-cita terbesar Audi dan menjadi visi Audi. Audi memiliki misi untuk mengkhatamkan Al-Qur’an sebelum lulus sarjana, menjadi apoteker setelah lulus sarjana, mendirikan apotek, menginspirasi teman-teman di pondok bahwasannya anak pondok bisa menjadi saintis tidak dengan konotasi bahwa anak pondok hanya belajar agama. Dan nantinya Audi berniatan untuk mendirikan pondok yang mana di dalamnya ada ekstra taekwondo, sekolah farmasi, dan juga tahfidz. Audi juga akan mengedukasi masyarakat luas bahwasannya aset yang diberikan pada kita harus dijaga dengan baik dan memiliki inisiatif untuk maju dan berkambang tanpa memperdulikan latar belakang.

10. Terakhir, kalau kamu bisa menyampaikan pesan kepada adik-adik di pondok yang masih ragu melangkah ke dunia kampus umum, apa yang ingin kamu katakan?

Be limitless. Terinspirasi dari buku “Limitless” karya Nadhira Afifa.  Disebutkan di dalam buku tersebut, bahwa yang membatasi diri kita adalah diri kita sendiri. Jika kita memiliki cita-cita yang besar maka kita harus menjemputnya, tidak hanya stuck di tempat. Karena kesuksesan itu datang jika kita keluar dari zona nyaman kita dan berani mengambil tantangan baru. Masalah gagal ataupun berhasil adalah urusan paling akhir. Hal terpentingnya adalah kita sudah mencobanya.

11. Siapa sosok yang paling berperan dalam mendukung langkahmu ke jurusan farmasi, dan bagaimana pengaruhnya dalam perjalananmu?

Kedua orangtua sangat mendukung keputusan Audi untuk masuk ke bidang kesehatan. Meskipun pada awalnya mereka sempat ragu karena biaya yang harus dikeluarkan cukup besar, mereka tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mendukung Audi. Akhirnya, saat UTBK, saya berhasil lolos dan diterima di jurusan Farmasi, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk uang gedung. Sejak saat itu, Ayah dan Ibu selalu memberikan dukungan penuh, meskipun mereka tidak sepenuhnya memahami dunia Farmasi. Namun, mereka selalu siap sedia kapan pun Audi membutuhkan, terutama ketika Audi merasa lelah atau kewalahan.

12. Bagaimana reaksi teman-teman pondok saat tahu kamu memilih jalur kuliah di bidang sains, bukan keagamaan?

Sebenarnya, cukup banyak teman-teman di angkatan Audi yang akhirnya memilih untuk melanjutkan studi di bidang kesehatan dengan berbagai program studi, kurang lebih sekitar 11 hingga 20 orang. Menurut Audi, hal ini merupakan perkembangan yang cukup baik karena dapat mengubah paradigma bahwa santri juga perlu mempelajari ilmu sains. Ilmu sains yang selama ini dipelajari di pondok, meskipun hanya pada tingkat dasar, tetap memiliki peran penting sebagai bekal untuk keberlanjutan pendidikan di jenjang perguruan tinggi.

13. Apa pengalaman paling berkesan selama menjalani kuliah farmasi sejauh ini?

Hal yang paling berkesan bagi Audi adalah memiliki sahabat yang sangat baik dan sangat memahami Audi, karena pada akhirnya, itulah yang paling penting. Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa Farmasi membutuhkan tempat untuk kembali, tempat untuk berbagi keluh kesah, berdiskusi, makan bersama, hingga bercanda. Mendapatkan partner perjuangan di Farmasi bukanlah hal yang mudah, mengingat perbedaan latar belakang dan karakter masing-masing individu. Namun, Audi bersyukur memiliki Alda dan Aul. Mereka adalah salah satu hal yang paling Audi syukuri selama menjalani studi di Farmasi, terlepas dari segala kesibukan dan tekanan yang ada.

Selain itu, kesempatan untuk menuntut ilmu di jurusan Farmasi bukanlah hal yang mudah diraih. Pada tahun SNBT 2023, Farmasi merupakan program studi dengan tingkat keketatan tertinggi di UNS, yakni 1:78. Artinya, untuk setiap satu mahasiswa yang diterima, ada 78 orang lainnya yang harus tersisih. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengeluh atau menyerah. Perjuangan ini masih panjang, dan keberadaan kita di Farmasi adalah karena satu alasan yang telah Allah takdirkan.

14. Kalau kamu bisa kembali ke masa sebelum memilih jurusan, apakah kamu akan tetap memilih farmasi? Kenapa?

Belum tentu, Audi bisa saja mengambil jurusan Kedokteran karena itulah rencana utama Audi sejak awal. Namun, hal tersebut bukanlah sesuatu yang terlalu memengaruhi, karena jurusan Farmasi sendiri juga memiliki peran yang tidak kalah penting.

15. Apa arti "kesembuhan" bagimu sebagai seseorang yang pernah belajar agama dan kini belajar meracik obat?

Sembuhnya jasmani karena obat, sembuhnya hati karena mengingat Allah.

Dokumentasi:




Mengenal Lebih Dekat Sosok Leila S. Chudori

                                                            (Sumber:  Leila S. Chudori ) Leila Salikha Chudori adalah salah satu penulis wan...