Sunday, March 16, 2025

Perjalanan Menemukan Makna: Dari Keraguan Menuju Keyakinan di Sastra Arab

 

Sebagai seseorang dengan latar belakang pendidikan pesantren, membuat banyak orang berpandangan bahwa  sastra Arab adalah jurusan yang paling sesuai untuk ditekuni. Tetapi tidak dengan saya, Sastra Arab adalah hal paling akhir yang melintas di benak saya. Sebelum akhirnya memilih jurusan sastra Arab, hal yang paling saya damba-dambakan adalah bergelut di bidang kesehatan. Tidak sedikit orang berasumsi bahwa kesuksesan hanya dimiliki mereka yang bergelar dokter. Hal itupun mendorong saya untuk menjadi salah satu dari orang sukses  tersebut

Regristrasi SNBT hanya menghitung hari. Sedangkan jurusan yang akan saya pilih hanya menjadikan hati saya bimbang dan dipenuhi keragu-raguan. Hati kecil saya selalu berbisik, akankah saya bisa mendalami bidang tersebut. Sayapun tak tinggal diam, selain mempersiapkan materi-materi SNBT, saya memberanikan diri untuk mengkonsultasikan kebimbangan tersebut dengan salah satu mentor bimbel. Sesaat saya tercerahkan dengan ucapan beliau “belajar menjadi lebih mudah ketika kita menyukai dan menikmatinya”. Saat itupun saya teringat nahwu dan shorof yang mana menjadi pelajaran yang saya gemari di pesantren. Hati sayapun dibuat bimbang dengan pilihan antara pelajaran yang digemari atau kesuksesan yang didamba-dambakan banyak orang.

Hari semakin dekat dengan regristrasi SNBT. Dengan banyak hal yang dipertimbangkan dan dipikirkan untuk kedepannya, akhirnya saya memilih untuk mendalami sesuatu yang saya gemari. Saya memutuskan untuk memilih sastra Arab dan mengabaikan kesuksesan yang didambakan banyak orang tersebut. Akan tetapi, saya yakin kesuksesan yang didambakan banyak orang itu hanyalah asumsi belaka. Kesuksesan bukan hanya mereka yang bergelar dokter. Tetapi kesuksesan adalah mencintai sesuatu yang kita lakukan dan berdampak bagi orang lain.

Hari pengumuman SNBT pun tiba dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.  Meskipun tidak diterima di kampus yang saya inginkan, diterima di Universitas Sebelas Maret adalah hal yang sudah seharusnya saya syukuri. Imajinasi sayapun mulai berkelana. Membayangkan kuliah di kota orang dan jauh dari orangtua. Membayangkan betapa asik dan serunya dunia perkuliahan dan pengalaman-pengalaman yang akan saya dapatkan nantinya. Membayangkan berbagai macam asal dan karakter-karakter teman di bangku perkuliahan.

Masa perkuliahanpun dimulai. Diawali dengan PKKMB (pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru) UNS yang memberikan sedikit kesan buruk dan kekecewaan atas beberapa hal yang dibatalkan secara sepihak. Namun, ada banyak hal lain yang berhasil menutupi kekecewaan tersebut. Banyak hal baru dan juga teman baru yang saya temui di masa perkenalan.

Masa-masa pertama di perkuliahan bukanlah hal buruk bagi saya. Karena saya terbiasa jauh dari orangtua, menjadikan saya lebih mandiri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Selama semester satu, langkah awal yang saya ambil adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyeleksi teman-teman di sekitar. Saya menganggap bahwa seleksi teman itu penting, apalagi di dunia perkuliahan. Karena seorang teman itu adalah salah satu pengaruh yang menentukan bagaimana diri kita kedepannya. Disamping seleksi teman dan penyesuaian diri, saya memberanikan diri untuk mengikuti kepanitiaan tingkat prodi yaitu OASE. OASE merupakan sebuah teater yang berada di bawah naungan sastra Arab dan menjadi kepanitiaan pertama yang saya ikuti. Dangan mengikuti kepanitian tersebut, saya berkesempatan untuk kembali meng-upgrade skill yang yang lama tak terasah. Selain itu saya berkesempatan untuk lebih mengenal sastra Arab dengan adanya relasi dari kakak tingkat.

Saya juga menikmati mata kuliah yang saya dapatkan di kelas. Beberapa diantaranya yaitu Nahwu, Sharaf, Muhadtsah, Muthala’ah, dan lainnya. Pada saat itu, nahwu menjadi mata kuliah favorit, dari faktor kegemaran dan dosen yang membuat saya terkesan dengan kemahiran yang beliau miliki. Beliau adalah Pak Afnan Arumi, dosen sastra Arab yang memberikan materi dengan detail dan memiliki cara ajar yang menyenangkan dan mudah dipahami.

(KBM pengantar penerjemahan)

Semester satu berjalan dengan lancar meskipun terkadang masalah-masalah kecil menyapa di tengah perjalanan. Memasuki semester dua dan tiga, saya memilih menyibukkan diri dengan mengikuti HMP Qis’ar. Selain itu saya juga mengikuti kepanitiaan tingkat fakultas yaitu Astusera dan kepanitiaan tingkat universitas yaitu manggala PKKMB UNS. Di samping itu saya diamanahi oleh teman-teman angkatan untuk menjadi wakil ketua SAKAMARU dan SAPA (salam kenal mahasiswa baru dan sastra Arab performing art).

(Manggala PKKMB UNS 2024)


(Sakamaru dan SAPA 2024)

 

(Astusera 2024)

(HMP QIS’AR 2024)


Menjadi seorang wakil ketua bukanlah hal yang mudah. Selain bertanggung jawab penuh atas keputusan yang diambil, mengetuai kepanitiaan yang beranggotakan teman seangkatan menjadi salah satu tantangan tersendiri. Menjaga keseimbangan antara profesionalitas dengan kedekatan pertemanan harus tertanam pada diri saya saat itu. Selain itu, mengatur koordinasi dari setiap anggota, memastikan setiap divisi bekerja dengan baik dan berprogres setiap harinya, serta menghadapi berbagai kendala selama kepanitiaan berlangsung juga menjadi bagian dari tantangan yang harus dihadapi. Namun, di balik semua itu tak kalah banyak pengalaman dan pembelajaran yang dapat saya ambil, mulai dari kepemimpinan, kerja sama tim, hingga cara menyelesaikan masalah dengan bijak.

Saat ini saya sedang menjalani semester empat. Dan saat ini juga saya menyadari bahwasannya sastra Arab bukanlah pilihan yang buruk, meskipun dulunya menjadi pilihan terakhir. Lingkungan yang mendukung saya untuk terus berkembang membuat saya nyaman di dalamnya. Teman dan dosen yang suportif, selalu memberikan bimbingannya sehingga saya termotivasi untuk belajar dan mengasah potensi diri.

Terkadang terlintas di benak saya, “apakah lulusan sastra Arab hanya akan berprofesi menjadi seorang guru?”. Tetapi saya berpikir lebih maju.  Sastra Arab tidak hanya itu, banyak lapangan pekerjaan yang nantinya akan menanti, tergantung dengan seberapa besar tekat kita untuk memantaskan diri.

Saya yakin bahwa kesuksesan bukanlah dari diri yang bersandar dengan pada gelar. Akan tetapi kitalah yang seharusnya menjemput gelar tersebut untuk membuktikan kemampuan dan meraih kesuksesan.

 

 

 

 

 

 

Mengenal Lebih Dekat Sosok Leila S. Chudori

                                                            (Sumber:  Leila S. Chudori ) Leila Salikha Chudori adalah salah satu penulis wan...